Senin, 01 Februari 2016

PENGUKURAN KOMPOSISI LEMAK TUBUH



PENGUKURAN KOMPOSISI LEMAK TUBUH
(ANTROPOMETRI)
Cara pengukuran status gizi yang paling umum di gunakan oleh masyarakat adalah metode ‘Antropometri”.
Secara umum antropometri berarti ukuran tubuh manusia, ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi, ketidaseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak otot dan jumlah air dalam tubuh. Pengukuran antropometri memiliki keuntungan utama bahwa pengukuran ini cukup akurat, tidak mahal dan bahwa pengukuran ini tidak harus dilakukan sepenuhnya oleh tenaga ahli.
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter.  Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain : umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak di bawah kulit. Komposisi tubuh sering digunakan untuk menentukan suatu penyakit dan beberapa metode untuk menentukan komposisi tubuh adalah persentase lemak tubuh.
Di bawah ini akan diuraikan parameter pengukuran komposisi lemak tubuh.

PENGUKURAN KOMPOSISI LEMAK TUBUH
Tubuh manusia terdiri dari dua bagian utama yaitu adiposa (simpanan lemak) dan jaringan bebas lemak (lean tissue). Secara konseptual, jaringan bebas lemak sangat aktif dalam proses metabolisme, sedangkan adiposa adalah jaringan yang fungsi utamanya adalah sebagai cadangan energi.
Salah satu teknik pengukuran lemak tubuh adalah dengan menggunakan skinfold caliper. Bagian-bagian tubuh yang umumnya di ukur adalah tricep, bicep, scapula dan suprailiac. Pada awal tahun 1900, pengukuran lemak tubuh mulai diperkenalkan, dan sekarang penggunaannya sudah meluas. Hal ini digunakan untuk memantau cadangan lemak tubuh dan melihat tingkat obesitas seseorang.
Beberapa asumsi yang digunakan mengapa skinfold adalah pengukuran yang baik untuk mengukur lemak bawah kulit adalah:
1.      Skinfold  adalah pengukuran yang baik untuk mengukur lemak bawah kulit.
2.      Distribusi lemak bawah kulit adalah sama untuk semua individu termasuk jenis kelamin.
3.      Ada hubungan antara lemak bawah kulit dan total lemak tubuh.
4.      Jumlah dari beberapa pengukuran skinfold dapat digunakan untuk perkiraan total lemak tubuh.
Pengukuran skinfold umumnya digunakan pada anak umur remaja ke atas, umumnya jumlah lemak dibedakan menurut jenis kelamin.
Standar tempat pengukuran skinfold menurut Heyward Vivian H. dan Stolarczyk L.M (1996) terdapat pada 9 tempat yaitu dada (chest), subskapula (subscapular), mixadilaris (mixadillary), suprailiak (suprailiac),  perut (abdominal), trisep (triceps), bisp (biceps), paha (thigh) dan betis (calf).
Cara melakukan pengukuran, kulit di “cubit” dengan 2 jari, caliper diletakkan tegak lurus pada “lipatan kulit” yang tercubit, sekitar 1cm di atas jari, kemudian penahan caliper dilepas sehingga menjepit lipatan kulit, pembacaan skala baru boleh dilakukan setelah 2 detik. Pengkuran setidaknya dilakukan sebanyak 2 kali, jika pengukuran ke-2 berselisih lebih dari 1mm, pengukuran harus diulangi. Pengukuran debaiknya dilakukan ketika kulit sedang tidak berkeringat, karena kulit yang basah akan menyebabkan “pengembangan” lemak dan kulit  (dengan begitu hasil pengukuran menjadi lebih besar).


NO
TEMPAT
ARAH LIPATAN
STANDAR ANATOMI
PENGUKURAN
1
Dada
Diagonal
Axilla dan putting susu
Lipatan di ambil antara axilla dan puting susu, setinggi mungkin sejajar dengan lipatan bagian depan dengan ukuran 1 cm di bawah jari tangan.
2
Subskapula
Diagonal
Sudut bawah dari skapula
Lipatan diambil sepanjang garis cleavage tepat dibawah scapula dengan ukuran 1 cm di bawah jari tangan.
3
Midaksila
Horizontal
Pertemuan xiphisternal (titik dimana costal cartilage berada pada tulang rusuk 5-6 dengan tulang dada atas)
Lipatan di ambil pada garis midaxilaris tepat pada pertemuan xiphisternal.
4
Suprailiaka
Miring
Atas iliac
Lipatan di ambil ke arah belakang garis midaxilaris dan ke atas iliac dengan ukuran 1 cm di bawah jari tangan.
5
Abdominal
Horizontal
Ambilicus
Lipatan 3 cm di samping tali pudat dan 1 cm ke pusat ambilicus.
6
Trisep
Vertikal
Proses acromial dari scapula dan proses olecranon dari ulna
Jarak antara penonjolan lateral dari proses acronial dan batas interior dari proses olecranon, dan di ukur pada bagian lateral lengan dengan bahu bersudut 90ᵒ menggunakan pita pengukur, titik tangan ditandai pada posisi samping lengan. Pengukuran diambil 1 cm di atas tanda tersebut.
7
Bisep
Vertikal
Bisep brachii
Lipatan di ambil di atas bisep brachii yang sejajar dengan trisep di bagian belakang. Pengukuran di lakukan 1 cm di bawah jari.
8
Paha
Vertikal
Lipatan inguinal dan patella
Lipatan di ambil pada tengah paha, antara lipatan inguinal dan batas dari patella. Pengukuran di lakukan 1 cm di bawah jari.
9
Betis
Vertikal
Lingkaran betis yang paling lebar
Lipatan di ambil pada lingkaran betis yang paling lebar, pada bagian tengah dari betis dengan lutut bersudut 90ᵒ.

            Meskipun kelihatannya mudah, teknik pengukuran lipatan kulit ini harus dipraktikkan terlebih dahulu sebelum pengukuran yang sesungguhnya dilaksanakan, pengukur harus mengenal alat ukur dan titik-titik petunjuk pada tubuh.
            Sumber kesalahan pengukuran dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, fakto-faktor tersebut adalah keterampilan teknik pengukur, jenis skinfold caliper yang digunakan, faktor subjek yang di ukur dan rumus yang digunakan untuk memperkirakan lemak tubuh.
  •  Beberapa jenis caliper




  • Titik Pengukuran Lemak Bawah Kulit









DAFTAR PUSTAKA
·         Michael J. Gibney... [at al.]; alih bahasa, Andry Hartono; editor edisi bahasa Indonesia,
Palupi Widyastuti, Erita Agustin Hardiyanti  2013 Gizi Kesehatan Masyarakat – Jakarta : EG
·         Dr. Arisman M.B 2010 Gizi Dalam Daur Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi edisi 2, Jakarta;
EGC
·         Supariasa, I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri dan Ibnu Fajar 2013, Penilaian Status Gizi
sJakarta ; EGC

0 komentar:

Posting Komentar