Selasa, 11 Oktober 2016

Pengaruh Modified Atmosphere Packaging pada mikroorganisme

           Dengan jumlah populasi dunia yang terus meningkat, kebutuhan akan pangan pun mengikuti arus peningkatan ini, sehingga berbagai upaya dan usaha untuk memperbaiki  produktifitas pangan dicoba dan terus dikembangkan.
MAP atau Modified Atmosphere Packaging merupakan salah satu dari usaha peningkatan produksi pangan. MAP pertama kali dikenalkan oleh Brown (1922) yang mendemonstrasikan bahwa perbedaan konsentrasi dari CO2 dan O2 pada berbagai temperatur dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur, dan terus dikembangkan hingga menjadi MAP seperti yang kita kenal saat ini.
Penyebab rusaknya makanan bervariasi, tergantung dari komposisinya, juga bagaimana makanan itu dikemas, disimpan, dan diproses. MAP bertujuan untuk meningkatkan umur simpan makanan dengan menggunakan kemasan yang dapat menahan keluar masuknya gas sehingga konsentrasi gas di dalam kemasan dapat dikendalikan dan dalam merancang rezim MAP untuk produk apapun faktor yang perlu di kontrol antara lain adalah mikroba, fisiologis, kimia dan perubahan fisik.
Perkembangan mikroba pada makanan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : pH, aw, potensial redoks, komposisi, karakteristik fisik, suhu, kemasan, adanya pengawet dan mikroflora dalam produk juga berbagai faktor lainnya. Faktor-faktor ini dianggap rintangan yang dapat diterapkan pada produk baik secara individu maupun dengan mengkombinasikannya untuk menghambat kerusakan pangan dari pertumbuhan mikroba, sehingga memperpanjang umur simpan.
Ketika MAP akan diterapkan sebagai rintangan untuk memperpanjang umur simpan, hal pertama yang harus diperhatikan adalah menentukan jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan pembusukan, kemudian menentukan suasana gas yang cocok, lapisan kemasan, dan suhu penyimpanan yang sesuai untuk menghentikan atau memperlambat pertumbuhan mikroorganisme. Selanjutnya, apakah pengaruh penerapan metode MAP bagi mikroorganisme dalam makanan?
Secara umum bakteri Gram-negatif seperti seperti Pseudomonas spp, Entero-bateriaceae, Acinetobacter spp. dan Moraxella spp. Lebih sensitif terhadap CO2 dari pada bakteri Gram-positif, bakteri ini juga dapat dihambat oleh suhu rendah. Oleh karena itu, produk biasanya dikemas dengan konsentrasi tinggi CO2 dan disimpan pada suhu rendah, hal ini juga memungkinkan bakteri Gram-positif, seperti bakteri asam laktat, untuk tumbuh dan menjadi organisme yang dominan (Church, 1994). Hal ini jelas ditunjukkan oleh Smith et al. (1983) yang menemukan Bacillus licheniformis dan Leuconostoc mesenteroides menjadi mikroorganisme dominan dalam crumpets gaya Inggris yang dikemas dalam suasana 60% CO2 dan 40% N2. Penelitian lain oleh Gibson et al. (2000) telah menunjukkan bahwa 100% CO2 memperlambat laju pertumbuhan Clostridium botulinum, dan bahwa efek ini ditingkatkan dengan konsentrasi NaCl yang tepat dan suhu dingin. Meskipun lebih tahan, Listeria monocytogenes juga dapat dihambat dengan menggabungkan CO2 dengan suhu rendah, penurunan aktivitas air dan penambahan sodium lactate (Devlieghere et al., 2001). Demikian pula, CO2 menghambat pertumbuhan Yersinia enterocolitica dan Aeromonas hydrophilia pada suhu didinginkan (Doherty et al, 1995;. Bodnaruk dan Draughton, 1998;. Devlieghere et al, 2000a). Rintangan gabungan garam, natrium laktat, menurunkan aw, dan penggunaan penyimpanan berpendingin, misalnya, diperlukan untuk mengontrol C. botulinum dan Y. enterocolitica di produk daging MAP (Devlieghere et al., 2000b).
Tidak adanya O2 di atmosphere tentunya akan menghambat pertumbuhan mikroorganisme aerobik. Pembatasan atau penghapusan O2 dapat secara efektif digunakan untuk mengontrol mikroorganisme yang membutuhkannya, seperti jamur. Sayangnya, suasana anaerobik juga merupakan tempat yang nikmat bagi pertumbuhan dan produksi racun C. Botulinum.

Atmosfer anaerobik harus digunakan dengan sangat hati-hati dalam produk MAP. Rintangan lainnya, seperti pH, pengawet, dan suhu rendah, juga harus diterapkan untuk menghambat pembentuk spora anaerobik dan patogen lainnya. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangannya, sehingga program jaminan kualitas, seperti Good Manufacturing Practice (GMP) dan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP), menetapkan prasyarat dalam pembuatan produk MAP.

Senin, 29 Agustus 2016

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA 6-36 BULAN (RESUME JURNAL)


            Makanan terbaik yang diperlukan oleh bayi adalah ASI, dalam hal ini merupakan ASI eksklusif (bayi hanya mengkonsumsi ASI hingga berumur 6 bulan), karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. Untuk itu, bahkan pemerintah menghimbau pemberian ASI eksklusif hingga bayi berumur 6 bulan dan dianjurkan berlanjut hingga anak berusia 2 tahun dengan pemberian makanan pendamping ASI yang sesuai.
Perkembangan motorik diartikan sebagai perekembangan yang dinilai dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh, dan perkembangan tersebut amat erat kaitannya dengan perkembangan pusat motorik di otak. Pada anak gerakan ini dapat dibedakan dengan lebih jelas antara gerakan kasar dan gerakan halus. Disebut gerakan kasar bila gerakan yang dilakukan melibatkan sebagian besar bagian tubuh dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar.
           Menurut Depkes RI (1999) yang dimaksud dengan tumbuh kembang optimal adalah tercapainya proses tumbuh kembang yang sesuai dengan potensi yang di miliki oleh anak, sehingga untuk mendapatkan tumbuh kembang yang optimal dukungan dan latihan sangat dibutuhkan. Disamping stimulasi atau rangsangan yang tidak kalah penting adalah kebutuhan akan nutrisi dan zat gizi.
            Zat-zat nutrisi termasuk pembangun tubuh yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, terutama pada tahun-tahun awal kehidupan, dimana setiap anak sedang dalam fase pertumbuhan yang sangat pesat terutama pertumbuhan otak.
            Ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak antara lain faktor genetik, gizi, penyakit, emosi, sosial, ekonomi, latihan, juga stimulasi. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 58 responden, bayi yang diberikan ASI eksklusif namun perkembangan motorik kasarnya mengalami keterlambatan sebanyak 5,38% dan yang tidak diberikan ASI eksklusif bayi dengan keterlambatan perkembangan sebanyak 6,62%, hal ini menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif ada hubungannya dengan perkembangan motorik yang sesuai dengan usia anak.
Dari hasil pengamatan, terlihat bahwa rata-rata bayi yang diberikan ASI eksklusif memiliki gerak motorik kasar yang lebih cepat, sedangkan dampak bagi  anak yang diberikan susu formul, rata-rata pertumbuhan badannya lebih besar namun imunitasnya tidak sebaik bayi yang mendapat ASI eksklusif.
          Dapat diketahui disini bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Hubertin (2004) bahwa anak yang diberi ASI sampai 6 bulan akan jauh lebih sehat dari bayi yang hanya mendapat ASI selama 4 bulan, dan frekuensi terkena diare jauh lebih kecil sehingga kesehatan bayi akan lebih baik dan juga menurunkan kemungkinan bayi mengalami infeksi telinga, flu dan penyakit alergi. Dengan demikian kemungkinan anak akan tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan tahapan-tahapannya. Dari hasil pengamatan juga disebutkan bahwa rata-rata menunjukkan gerakan motorik kasar yang lebih cepat.

SUMBER      

Supartini, 2015 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 6-36 Bulan, Volume 5, Embrio Jurnal Kebidanan

Senin, 15 Agustus 2016

UJI PEMBEDAAN, UJI STIMULUS TUNGGAL


UJI PEMBEDAAN, UJI STIMULUS TUNGGAL
  Uji sensoris (uji organoleptik) adalah pengujian yang didasarkan pada proses pengindraan untuk mengukur, menganalisa dan menggambarkan tanggapan mengenai suatu produk, sedangkan pengindraan merupakan hasil pengenalan alat indra akan rangsangan yang diterimanya. Rangsangan yang dapat diindra dapat berupa rangsangan yang bersifat mekanis (tekanan, tusukan), bersifat fisis (dingin, panas, sinar, warna), atau bersifat kimia (bau, aroma, rasa).
  Kemampuan pengindraan ini meliputi kemampuan mendeteksi (detection), mengenali (recognition), membedakan (discrimination), membandingkan (scalling), dan kemampuan menyatakan suka atau tidak suka (hedonik).
    Pengujian ini bersifat penilaian subyektif karena hasil penilaian atau pengukuran sangat ditentukan oleh penguji atau pelaku yang melakukan pengukuran.
            Apa saja yang perlu disiapkan untuk melakukan pengujian ini?

PERSIAPAN UJI ORGANOLEPTIK

A.     Panelis
Dalam penilaian atau analisis mutu dan sifat-sifat sensorik suatu produk, panel bertindak sebagai instrumen atau alat. Panel ini merupakan kumpulan orang atau kelompok yang berrtugas menilai dan menguji suatu produk, sedang orang yang menjadi anggota panel disebut panelis.

B.      Laboraturium Pengujian
Untuk melakukan uji sensori dibutuhkan beberapa ruang yang terdiri dari bagian persiapan (dapur), ruang pencicip dan ruang tunggu atau ruang diskusi. Ruang pencicip memiliki beberapa persyaratan yaitu ruang yang terisolasi dan kedap suara sehingga dapat dihindarkan komunikasi antar panelis, suhu ruang yang cukup sejuk dan mempunyai sumber cahaya yang baik dan netral, karna warna dapat mempengaruhi warna komuditi yang diuji.

C.      Persiapan Contoh
Cara penyajian sampel dalam pengujian sensoris sangat perlu mendapat perhatian. Contoh dalam uji  harus disajikan sedemikian rupa sehingga seragam dalam penampilannya. Bila tidak demikian, panelis akan mudah dipengaruhi penampilan contoh tersebut meskipun itu tidak termasuk kriteria yang akan diujikan. Tidak hanya itu, suhu, ukuran dan kenampakan dari contoh juga harus disesuaikan.

Uji Pembedaan
Uji pembedaan merupakan pengujian sederhana yang bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa adanya perbedaan antara dua produk atau lebih, uji ini juga dipergunakan untuk menilai pengaruh beberapa macam perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan suatu produk industri. Biasanya produk yang di uji adalah produk baru yang dibandingkan dengan produk terdahulu yang telah diterima oleh masyarakat.
Dalam pengujian ini dapat digunakan produk baku sebagai acuan atau hanya pengujian dengan membandingkan beberapa sampel yang diuji dan agar pengujian lebih efektif, sifat dan kriteria yang diujikan dari produk-produk tersebut harus jelas dan dipahami panelis.
Uji pembedaan ini meliputi :
a)      Uji Rangsangan Tunggal (Single Stimulus)
b)      Uji Pasangan (Paired comparison atau dual comparation)
c)      Uji Duo-Trio
d)      Uji Segitiga (triangle test)
e)      Uji Pembanding Ganda (Dual standard)
f)       Uji  Pembanding Jamak (Multiple standard)
g)      Uji Pasangan Jamak (Multiple pairs)

Dan pada kesempatan kali ini penulis akan menekankan pembahasan mengenai uji rangsangan tunggal.

1.      Uji Rangsangan Tunggal (Single Stimulus / uji “A” bukan “A”)
Uji rangsangan tunggal ini merupakan pengujian dengan tingkat kompleksitas yang tidak begitu rumit, tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan apakah suatu produk sama dengan contoh baku karena itulah pengujian ini juga biasa disebut uji A dan bukan A.

Ø  Tujuan Percobaan
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menguji kemampuan fisio-psikologis panelis, khususnya kemampuan membedakan (discrimination) dan digunakan dalam pengendalian mutu produksi makanan dan minuman.
Ø  Prinsip Percobaan
Prinsip pada percobaan ini berdasarkan pada sensitifitas panelis dalam membedakan dua macam sampel atau lebih yang tingkat perbedaannya sedikit dan kemudian dapat memberikan kesan serta penilaian.

Ø  Aplikasi dalam Bidang Pangan
Aplikasi uji rangsangan tunggal dalam bidang pangan adalah untuk membandingkan produk lama yang sudah di terima masyarakat dengan produk baru, untuk menguji reformulasi produk dan untuk menguji sensitifitas panelis.

Ø  Metode Percobaan
Contoh sebagai bahan baku diberikan kepada panelis di luar ruang uji, control ini di coba berkali-kali untuk memberikan efek memori bagi panelis. Panelis kemudian masuk ke ruang organoleptik untuk mencoba produk baru dan menilai sama tidaknya produk tersebut dengan control atau contoh baku tadi.
Cara penilaian, panelis diminta untuk mengisi formulir isian yang disediakan dengan angka 1 (satu) apabila terdapat perbedaan dan angka 0 (kosong) jika tidak terdapat perbadaan pada kriteria penilaian.

Contoh formulir isian untuk  uji pembedaan


2.      Uji Pasangan (Paired comparison atau dual comparation)
Dua contoh diberikan sekaligus kepada panelis, kemudian panelis menilai kedua contoh tersebut.

3.      Uji Duo-Trio
Pada pengujian ini dua rangsangan yang berbeda diberikan kepada panelis, diikuti dengan contoh ketiga sebagai control / contoh baku, di sini panelis di minta untuk menentukan mana contoh yang sama dengan contoh baku tersebut.

4.      Uji Segitiga (triangle test)
Uji segitiga atau triangle test ini menyertakan 3 contoh yang diberikan kepada penguji (tanpa memberikan contoh baku), kemudian penguji diminta menentukan 2 contoh yang sama dan mana yang berbeda.

5.      Uji Pembanding Ganda (Dual standard)
Pertama panelis harus dapat membedakan 2 contoh yang diberikan sebagai control (A dan B), kemudian penguji disuguhkan pasangan sampel lain dan harus menentukan yang mana dari dua sampel tersebut yang sama dengan contoh A dan mana yang B.

6.      Uji  Pembanding Jamak (Multiple standard)
Adalah panelis merasakan sampel yang disajikan bersamaan dengan control yang jumlahnya ≥ 3, contoh-contoh baku ini memiliki sifat yang sama, hanya ada perbedaan kecil pada tingkat intensitsnya, kemudian panelis harus menentukan contoh mana yang paling berbeda? Mana yang paling berbeda tingkat kemanisannya, dan seterusnya.

7.      Uji Pasangan Jamak (Multiple pairs)
Panelis diberikan sekelompok contoh A dan B secara acak, dan harus menentukan yang mana sampel A dan mana yang B.

TERIMA KASIH, SEMOGA BERMANFAAT...

REVERENSI


Kamis, 04 Februari 2016

WASPADA CINCAU BERBAHAYA

WASPADA CINCAU BERBAHAYA
Cincau tentunya sudah tidak asing lagi terdengar di telinga masyarakat Indonesia, selain menyegarkan minuman yang satu ini juga memiliki banyak khasiat untuk kesehatan.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, orang-orang pun berusaha untuk dapat berjualan dengan modal yang minim tetapi dapat meraup untung yang berkali-kali lipat “dengan cara apapun”, dan dengan potensi otak kreatif manusia minuman ini pun menjadi korban kontaminasi zat-zat berbahaya.
  • Cincau Semen
Tahap pertama pembuatan cincau adalah dengan melelehkan gula merah, kemudian ditambahkanlah pemanis buatan yang tak ada takarannya. Lalu daun cincau yang telah dipetik dimasak untuk selanjutnya diperas menjadi sari pati cincau.
Hal itu memang merupakan tahap pembuatan cincau, namun yang mengerikan adalah air untuk membuat cincau bukan merupakan air matang melainkan air mentah. Belum lagi pembuatan cincau yang dilakukan di kamar mandi umum yang sudah pasti tingkat kebersihannya diragukan. Dan tahapan akhir pembuatan cincau tadi adalah menambahkan bahan penghalus tembok perumahan ke dalam cincau tersebut. 
Tidaklah dibenarkan menambah bahan itu ke dalam cincau. Efek jangka panjang yang ditimbulkan dari cincau hijau semen seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja karena sangat membahayakan dan perlahan bisa menggerogoti tubuh manusia.
Peran pemerintah daerah dalam mengawasi makanan yang beredar di tengah masyarakat memang perlu ditingkatkan, tetapi kesadaran pribadi untuk selektif memilih makanan yang akan dikonsumsi lebih melindungi diri dari ancaman makanan atau minuman berbahaya
  • Cincau Dengan Bedak Keong
Tahukah anda Es Cincau yang anda konsumsi mungkin es cincau yang berbahaya bagi kesehatan. Beberapa pedagang es cincau menggunakan bahan dasar bedak keong/bedak muka. Bahaya penggunaan bedak keong/bedak muka dapat menimbulkan penyakit ekoli.
Bukan hanya menggnakan bedak keong pedagang cincau pun menggunakan pewarna pakaian/pewarna textil (rodamin B) yang dapat mengakibatkan penyakit kanker. Pewarna tekstil ini mempunyai ciri unsur warna yang kuat, warna yang memikat, harga yang murah dibandingkan dengan pewarna makanan.
Ciri khas cincau hitam yang asli alami adalah teksturnya lebih kenyal dibanding cincau bedak yang bertekstur padat. Cincau asli tidak akan berair jika didiamkan hingga esok hari begitu juga sebaliknya. Sedangkan cincau hijau asli adalah cincau yang masih memiliki bau daun dan bentuknya lembek dan jika didiamkan lama maka akan menjadi cairan kembali.

  • Cincau Campur Boraks
Petugas razia gabungan dari Pemkot Tangerang Selatan (Tangsel) menemukan sebuah gudang pembuatan cincau hitam di pasar tradisional Jombang, Ciputat,  karena mengandung boraks dan terdapat banyak belatung.
Dari dalam gudang berukuran 3 X 4 meter, petugas menemukan 20 kaleng besar cincau hitam mengandung boraks siap jual dengan berat sekitar 1,6 ton. Ia menjelaskan, temuan petugas berawal saat petugas menggelar operasi mendadak (Sidak) di pasar Jombang guna mengawasi peredaran bahan makanan mengandung zat berbahaya. 
 "Cincau hitam yang kita dapatkan diduga kuat mengandung boraks. Permukaan cincau berwarna keputihan dan saat disentuh dengan tangan sangat kenyal," terang Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Tangsel, Muhammad.
Berikut beberapa cirri fisik Cincau berbahan alami dengan proses yg benar dan Cincau dengan campuran bahan kimia :
  1.  Cincau alami: Berbau daun. Cincau Bedak: Baunya berbau pandan.
  2. Cincaualami: Teksturnya kurang padat (lebih lembek). Cincau Bedak: Teksturnya lebih padat (lebih kenyal).
  3. Cincau alami: Pada suhu ruangan tidak tahan lama (mudah berair). Cincau Bedak: Pada suhu ruangan lebih tahan lama (tdk mudah berair).
Oleh karena itu sebaiknya anda harus berhati2 dalam memilih dan mengkonsumsi Cincau yg mestinya bermanfaat untuk kita.

REFERENSI
  • Difha Renytha.2014.Waspada! Es Cincau Hijau Ekstrem Rasa Semen”
  • Farah Anindya.2012.”Ciri ciri Cincau Alami dan Berbahaya”
           


Senin, 01 Februari 2016

PENGUKURAN KOMPOSISI LEMAK TUBUH



PENGUKURAN KOMPOSISI LEMAK TUBUH
(ANTROPOMETRI)
Cara pengukuran status gizi yang paling umum di gunakan oleh masyarakat adalah metode ‘Antropometri”.
Secara umum antropometri berarti ukuran tubuh manusia, ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi, ketidaseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak otot dan jumlah air dalam tubuh. Pengukuran antropometri memiliki keuntungan utama bahwa pengukuran ini cukup akurat, tidak mahal dan bahwa pengukuran ini tidak harus dilakukan sepenuhnya oleh tenaga ahli.
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter.  Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain : umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak di bawah kulit. Komposisi tubuh sering digunakan untuk menentukan suatu penyakit dan beberapa metode untuk menentukan komposisi tubuh adalah persentase lemak tubuh.
Di bawah ini akan diuraikan parameter pengukuran komposisi lemak tubuh.

PENGUKURAN KOMPOSISI LEMAK TUBUH
Tubuh manusia terdiri dari dua bagian utama yaitu adiposa (simpanan lemak) dan jaringan bebas lemak (lean tissue). Secara konseptual, jaringan bebas lemak sangat aktif dalam proses metabolisme, sedangkan adiposa adalah jaringan yang fungsi utamanya adalah sebagai cadangan energi.
Salah satu teknik pengukuran lemak tubuh adalah dengan menggunakan skinfold caliper. Bagian-bagian tubuh yang umumnya di ukur adalah tricep, bicep, scapula dan suprailiac. Pada awal tahun 1900, pengukuran lemak tubuh mulai diperkenalkan, dan sekarang penggunaannya sudah meluas. Hal ini digunakan untuk memantau cadangan lemak tubuh dan melihat tingkat obesitas seseorang.
Beberapa asumsi yang digunakan mengapa skinfold adalah pengukuran yang baik untuk mengukur lemak bawah kulit adalah:
1.      Skinfold  adalah pengukuran yang baik untuk mengukur lemak bawah kulit.
2.      Distribusi lemak bawah kulit adalah sama untuk semua individu termasuk jenis kelamin.
3.      Ada hubungan antara lemak bawah kulit dan total lemak tubuh.
4.      Jumlah dari beberapa pengukuran skinfold dapat digunakan untuk perkiraan total lemak tubuh.
Pengukuran skinfold umumnya digunakan pada anak umur remaja ke atas, umumnya jumlah lemak dibedakan menurut jenis kelamin.
Standar tempat pengukuran skinfold menurut Heyward Vivian H. dan Stolarczyk L.M (1996) terdapat pada 9 tempat yaitu dada (chest), subskapula (subscapular), mixadilaris (mixadillary), suprailiak (suprailiac),  perut (abdominal), trisep (triceps), bisp (biceps), paha (thigh) dan betis (calf).
Cara melakukan pengukuran, kulit di “cubit” dengan 2 jari, caliper diletakkan tegak lurus pada “lipatan kulit” yang tercubit, sekitar 1cm di atas jari, kemudian penahan caliper dilepas sehingga menjepit lipatan kulit, pembacaan skala baru boleh dilakukan setelah 2 detik. Pengkuran setidaknya dilakukan sebanyak 2 kali, jika pengukuran ke-2 berselisih lebih dari 1mm, pengukuran harus diulangi. Pengukuran debaiknya dilakukan ketika kulit sedang tidak berkeringat, karena kulit yang basah akan menyebabkan “pengembangan” lemak dan kulit  (dengan begitu hasil pengukuran menjadi lebih besar).


NO
TEMPAT
ARAH LIPATAN
STANDAR ANATOMI
PENGUKURAN
1
Dada
Diagonal
Axilla dan putting susu
Lipatan di ambil antara axilla dan puting susu, setinggi mungkin sejajar dengan lipatan bagian depan dengan ukuran 1 cm di bawah jari tangan.
2
Subskapula
Diagonal
Sudut bawah dari skapula
Lipatan diambil sepanjang garis cleavage tepat dibawah scapula dengan ukuran 1 cm di bawah jari tangan.
3
Midaksila
Horizontal
Pertemuan xiphisternal (titik dimana costal cartilage berada pada tulang rusuk 5-6 dengan tulang dada atas)
Lipatan di ambil pada garis midaxilaris tepat pada pertemuan xiphisternal.
4
Suprailiaka
Miring
Atas iliac
Lipatan di ambil ke arah belakang garis midaxilaris dan ke atas iliac dengan ukuran 1 cm di bawah jari tangan.
5
Abdominal
Horizontal
Ambilicus
Lipatan 3 cm di samping tali pudat dan 1 cm ke pusat ambilicus.
6
Trisep
Vertikal
Proses acromial dari scapula dan proses olecranon dari ulna
Jarak antara penonjolan lateral dari proses acronial dan batas interior dari proses olecranon, dan di ukur pada bagian lateral lengan dengan bahu bersudut 90ᵒ menggunakan pita pengukur, titik tangan ditandai pada posisi samping lengan. Pengukuran diambil 1 cm di atas tanda tersebut.
7
Bisep
Vertikal
Bisep brachii
Lipatan di ambil di atas bisep brachii yang sejajar dengan trisep di bagian belakang. Pengukuran di lakukan 1 cm di bawah jari.
8
Paha
Vertikal
Lipatan inguinal dan patella
Lipatan di ambil pada tengah paha, antara lipatan inguinal dan batas dari patella. Pengukuran di lakukan 1 cm di bawah jari.
9
Betis
Vertikal
Lingkaran betis yang paling lebar
Lipatan di ambil pada lingkaran betis yang paling lebar, pada bagian tengah dari betis dengan lutut bersudut 90ᵒ.

            Meskipun kelihatannya mudah, teknik pengukuran lipatan kulit ini harus dipraktikkan terlebih dahulu sebelum pengukuran yang sesungguhnya dilaksanakan, pengukur harus mengenal alat ukur dan titik-titik petunjuk pada tubuh.
            Sumber kesalahan pengukuran dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, fakto-faktor tersebut adalah keterampilan teknik pengukur, jenis skinfold caliper yang digunakan, faktor subjek yang di ukur dan rumus yang digunakan untuk memperkirakan lemak tubuh.
  •  Beberapa jenis caliper




  • Titik Pengukuran Lemak Bawah Kulit









DAFTAR PUSTAKA
·         Michael J. Gibney... [at al.]; alih bahasa, Andry Hartono; editor edisi bahasa Indonesia,
Palupi Widyastuti, Erita Agustin Hardiyanti  2013 Gizi Kesehatan Masyarakat – Jakarta : EG
·         Dr. Arisman M.B 2010 Gizi Dalam Daur Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi edisi 2, Jakarta;
EGC
·         Supariasa, I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri dan Ibnu Fajar 2013, Penilaian Status Gizi
sJakarta ; EGC